Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Ikhlas: Everything For Allah

Setiap goresan kata menjadi pengingat bagiku akan setiap peristiwa yang telah terjadi. Terlalui sudah satu demi satu ujian hidup yang menyesakkan dada, tak jarang disertai rintikkan air mata. Aku melangkah tak henti. Bersama mimpi-mimpi indah yang selalu ingin terwujud. Tersenyumlah. Tak ada lagi yang perlu ditangisi. Setiap ujian ada hikmahnya. Dan aku akan berusaha tuk temukan. Ya, aku mengerti. Sebuah perjalanan akan menjadi lebih indah ketika dilalui bersama. Tak perlu menjadi kepingan yang berjalan sendiri-sendiri di mana sejumlah ideologi tercipta, saling berdebat, menjatuhkan. Sungguh, itu semua bukan yang utama. Ketakwaan dengan berjamaah itu yang lebih utama. Ketika engkau berjalan sendirian, engkau akan mudah dikalahkan. Maka berjalanlah bersama-sama, hidup bukan untuk saling menunjukkan siapa yang terkuat atau terhebat sehinggga bisa memenangkan pertarungan. Namun, hidup adalah saat engkau dapat menciptakan banyak saudara di mana saja engkau berada. Saat engkau ber

MUJAHIDAH INTELEKTUAL

Meniti langkah, berjuang, menuju terang. oleh: Hilda Nur W. SATU LAGI KISAH YANG PATUT UNTUK DISELAMI. Seorang intelektual muslim lahir di tempat ini. Sebuah perkampungan makmur di pinggiran New York, Amerika Serikat. Di Westchester, 23 Mei 1934 silam, ia tumbuh menjadi wanita yang cerdas. Daerah yang terletak di ujung tenggara negara bagian New York ini berbatasan dengan Putnam County di sebelah utara dan batas selatan dengan New York City. Sedangkan di sisi timur oleh Long Island Sound dan Fairfield County, Connecticut dan sisi barat dengan sungai Hudson. Margaret Marcus, nama yang diberikan dari keluarga untuknya. Ia bukanlah dari keturunan islam melainkan Yahudi-Jerman. Kakek dan neneknya telah hijrah dari Jerman ke Amerika sekitar tahun 1848-1861, mencari penghidupan ekonomi yang lebih baik. Oleh karena keyahudian keluarganya hanya sekedar nama, ia dibesarkan sesuai lingkungan khas Amerika dan mendapat pendidikan sekular di sekolah negeri setempat seperti kakak pere

Serdadu Kecil, Kobarkan Semangatmu!!

Gambar
Serdadu-serdadu kecil, teruslah gapai cita. Tunjukkan pada dunia, kalian bisa menjadi yang terbaik. Jakarta (15/11). PULUHAN ANAK BERKUMPUL DI SEBUAH GANG KECIL. Gadis-gadis kecil mengenakan pakaian muslim dengan jilbab beraneka model. Sedangkan laki-laki menggunakan baju koko lengkap dengan peci. Canda tawa menghiasi. Senyum menyungging di pipi. Laksana berangkat perang, mereka tengah menunggu intruksi dari sang komandan. Pagi ini udara cukup berangin. Tak pula hujan, seakan memberi dukungan positif akan kegiatan hari ini. Sang komandan mulai mengatur barisan anak-anak di hadapannya. Para ajudannya turut membantu. Kemudian, terdengar instruksi bahwa semua harus siap berjalan. Anak-anak kecil berbaris rapi layaknya serdadu kecil ingin beraksi. Gang demi gang ditelusuri. Senandung sholawat dan tetabuhan rebana iringi langkah kecil mereka. Semua mata mengarah pada rombongan. Terus beriringan. Keluar di gang terakhir, melewati pinggir jalan raya, hingga, sampailah mereka di Al

Deskripsi

Pagi hari yang teduh. Sayup-sayup burung terdengar asyik bernyanyi di luar rumahku. Agaknya hari   ini tak secerah biasanya. Di luar sana langit tampak memutih, mendung, hendak turun hujan lagi padahal semalam tadi hujan telah membasahi jalan. Cahaya mentari yang biasanya masuk melalui jendela dan menerangi hari tak berani menampakkan dirinya. Mungkin segan melihat aku asyik memilih kata untuk menulis.

Pinggir Kota (Part 1)

Tuhan, salah apa aku? Mengapa aku tak bisa merasakan kebahagiaan bersama keluarga? Tidak adilkah Engkau padaku?   Tidak! Saksikanlah, Masih ada canda, tawa di antara kita Menyelinap di antara getirnya hidup Sekali lagi, ku mohon.. Hidup ini bukan untuk diratapi Bangkitlah, sayang Hari cerah menanti  Ia akan setia menunggumu Hingga suatu hari nanti engkau siap (Hilda) September 2012 Inilah minggu kedua kegiatan belajar dimulai. Sebuah gang sempit, tak jauh dari jalan raya, tampak rumah sederhana dengan halaman cukup luas untuk dua atau tiga mobil. Tak ada pagar yang menjaga keamanan rumah ini. Tampak beberapa anak bermain di halaman, ada juga yang duduk-duduk sambil mengobrol. Penjual bubur kacang hijau pun terlihat menunggu pembeli. Di sekeliling, sampah berserakan. Halaman tak di sapu dan barang-barang tak terpakai dibiarkan tergeletak.  Pagi itu, langit cukup bersahabat. Tiada mendung tiada panas. Cahaya mentari mengintip isi rumah. Mencari tahu apa yang

Manajemen

Management is an art. Itu makna awal dari buku pengantar bisnis yang saya miliki. Seni, bagaimana pelaku mengelola sesuatu dengan bantuan manusia untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Sebuah situs internet mengatakan, manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu ménagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Ia memerlukan keahlian seseorang untuk bisa membuat sumber daya menjadi efektif melalui bantuan orang lain. Di sini seseorang membentuk orang lain agar memiliki kemauan bergerak dalam mencapai tujuan bersama.  Tak hanya sebagai seni, manajemen pun dikatakan sebagai ilmu. Ia memiliki beberapa proses yang harus dilakukan agar tujuan bisa menjadi efektif dan efisien. Bervariasi memang pendapat para ahli terkait proses ini, tapi dalam tulisan ini saya akan membaginya menjadi empat, yakni Planning, Organizing, Leading, and Controlling. Ada juga yang menambahkan dengan unsur Staffing, Actuating, dan lain-lain, tapi dalam mata kuliah pengantar manajemen yang s

Wirausaha: Kerudung Lukis

Ciledug, 30 November 2011 Pukul 10.00 WIB. Hari menjelang siang yang cerah. Mengingat segala yang perlu dibawa. Tas ransel siap di punggung. Saatnya berangkat. Dua hari lalu, aku bersama sahabat sekelompokku merencanakan survei kedua dan memesan produk terbaru kami. Berawal dari tugas kuliah, kami memutuskan untuk memproduksi kerudung lukis. Saat itu tak banyak produk semacam ini. Jadi kami yakin bisa menjual produk ini. Setelah sebelumnya kami berbelanja kerudung polos di Tanah Abang, Jakarta Pusat, kami memutuskan untuk pergi ke tempat jasa lukis di Ciledug, Tangerang. Dari tempat berbeda, kami memutuskan bertemu di halte Dukuh atas. Setelah semua berkumpul, kami berangkat. Anggota kelompok kami sebenarnya ada lima orang, tapi yang satu absen. Ia ada urusan lain. Aku, Leny, Kak Nisa, dan Grace, memulai petualangan baru ke rumah Pak Iwan, seorang perajin kerudung lukis. Pertama kali kami survei, tempat nya lumayan jauh, tapi saat itu kami menempuh dengan angkutan umum bia

Terindah

Jumpa. Saat itu. Entah, kapan lagi akan bisa bersua. Menatap hari yang indah. Langit kebiruan dengan mentari yang gagah di angkasa. Jika benar, saat itu pasti akan datang. Tak perlu menunggu. Namun, mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Belum terbayang bagaimana caranya pertemuan itu datang. Tapi aku yakin rencana Allah selalu yang terindah. 

Pesan

Lagi, kau tampak muram. Apa kiranya yang ada di benakmu? Adakah marah terhadapku? Sebentar saja,   coba mengerti, tak baik berburuk sangka. Katakan isi pikiran dan hatimu. Selama itu baik, aku akan berusaha memahami. Sejauh apa kau mampu melangkah, jangan kotori hatimu dengan penyakit hati. Sungguh, aku bisa saja percaya padamu jika kau ada kemauan belajar untuk menetapi kebenaran. Bercanda atau serius bagiku hanya masalah gaya bahasa. Isi perkataan, bagiku sama saja. tak ada beda. Hentikan cara berbohong itu. Tak baik bagimu. Lagi pula untuk apa semua ini. Hiburan? Bukan. Semua itu hanya menyakiti. Secara tak langsung. Maaf, aku tak bisa memberi harapan lebih. Menjadi seorang sahabat akan lebih indah. Tegar. Aku yakin bisa. Lihat kebenaran dengan mata hatimu. Apakah tak ingin kau mengerti arti sebuah kejujuran. Sejauh apa yang bisa aku mengerti. Aku tahu kau mampu. Mungkin tinggal menunggu saat yang tepat. Jangan sia-siakan.

Suasana Pagi

Pagi. Hendak menjelang. Burung kecil mulai bersahutan. Beterbangan ke sana ke mari. Masih agak gelap, tapi perlahan mentari segera memberi cahayanya. Pikiran melayang. Mengingat setumpuk kegiatan hari ini. Semangat. Awali dengan bismillah dan segala yang baik. Semoga hari ini lebih baik dari kemarin, berkah, dan menyenangkan. Amin.

Ada

Pernah suatu kali dalam hidupku. Hadir orang-orang tersayang yang memberi kesan di hatiku. Mereka luar biasa. Mengindahkan segala yang indah. Sebuah kebersamaan yang melahirkan kebahagiaan.  Syukurku pada Tuhan atas segala yang Ia berikan.  Meski semua itu kini terkenang. Ya, hanya sebuah momen yang menjadi masa lalu. Ku rasa demikian awalnya. Nyatanya tidak sama sekali. Masa lalu tak kan berakhir tanpa makna. Selalu ada, menyertai langkahku di kemudian hari. Mereka selalu hidup dalam rangkaian hidupku.  Untuk kalian sahabat, ketika masa kecil, remaja, hingga dewasaku. Perbedaan bukanlah penghalang untuk tak bisa mencinta. Hanya sekadar berbagi pengalaman hidup. Keceriaan. Kesolidan meraih cita. Dalam hati kita masing-masing, jadikan segala yang pernah terlalui, sebuah kenangan yang tiada terlupa. Semoga Tuhan mempertemukan kita di surgaNya. Amin.

Budaya dalam Teladan Rasul

Zaman telah banyak mengalami perubahan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) turut menjadi sumbangsih penyebab perubahan ini. Tak dipungkiri kemajuan IPTEK melalui internet dan teknologi informasi telah membawa kemudahan dalam menjalani hidup. Mesin-mesin canggih semakin bermunculan, seperti televisi, komputer, notebook , serta berbagai jenis handphone dan smartphone sehingga semua orang mudah mengakses informasi ter- update dalam waktu singkat. Akan tetapi, rupanya kemajuan ini memicu terjadinya degradasi moral di masyarakat. Salah satu penyebabnya ketika kemajuan IPTEK tidak disertai dengan pemahaman moral. IPTEK mendorong manusia melakukan hal yang kurang bermanfaat. Namun, hal ini bisa dianggap wajar ketika hak asasi jadi landasannya. Keluwesan informasi untuk memasuki sisi kehidupan masyarakat tak dapat lagi dibendung. Perubahan pun menjadi niscaya sebab interaksi berlangsung selama eksistensi manusia di muka bumi ini. Problematika kesadaran moral tengah