Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Wirausaha: Kerudung Lukis

Ciledug, 30 November 2011 Pukul 10.00 WIB. Hari menjelang siang yang cerah. Mengingat segala yang perlu dibawa. Tas ransel siap di punggung. Saatnya berangkat. Dua hari lalu, aku bersama sahabat sekelompokku merencanakan survei kedua dan memesan produk terbaru kami. Berawal dari tugas kuliah, kami memutuskan untuk memproduksi kerudung lukis. Saat itu tak banyak produk semacam ini. Jadi kami yakin bisa menjual produk ini. Setelah sebelumnya kami berbelanja kerudung polos di Tanah Abang, Jakarta Pusat, kami memutuskan untuk pergi ke tempat jasa lukis di Ciledug, Tangerang. Dari tempat berbeda, kami memutuskan bertemu di halte Dukuh atas. Setelah semua berkumpul, kami berangkat. Anggota kelompok kami sebenarnya ada lima orang, tapi yang satu absen. Ia ada urusan lain. Aku, Leny, Kak Nisa, dan Grace, memulai petualangan baru ke rumah Pak Iwan, seorang perajin kerudung lukis. Pertama kali kami survei, tempat nya lumayan jauh, tapi saat itu kami menempuh dengan angkutan umum bia

Terindah

Jumpa. Saat itu. Entah, kapan lagi akan bisa bersua. Menatap hari yang indah. Langit kebiruan dengan mentari yang gagah di angkasa. Jika benar, saat itu pasti akan datang. Tak perlu menunggu. Namun, mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Belum terbayang bagaimana caranya pertemuan itu datang. Tapi aku yakin rencana Allah selalu yang terindah. 

Pesan

Lagi, kau tampak muram. Apa kiranya yang ada di benakmu? Adakah marah terhadapku? Sebentar saja,   coba mengerti, tak baik berburuk sangka. Katakan isi pikiran dan hatimu. Selama itu baik, aku akan berusaha memahami. Sejauh apa kau mampu melangkah, jangan kotori hatimu dengan penyakit hati. Sungguh, aku bisa saja percaya padamu jika kau ada kemauan belajar untuk menetapi kebenaran. Bercanda atau serius bagiku hanya masalah gaya bahasa. Isi perkataan, bagiku sama saja. tak ada beda. Hentikan cara berbohong itu. Tak baik bagimu. Lagi pula untuk apa semua ini. Hiburan? Bukan. Semua itu hanya menyakiti. Secara tak langsung. Maaf, aku tak bisa memberi harapan lebih. Menjadi seorang sahabat akan lebih indah. Tegar. Aku yakin bisa. Lihat kebenaran dengan mata hatimu. Apakah tak ingin kau mengerti arti sebuah kejujuran. Sejauh apa yang bisa aku mengerti. Aku tahu kau mampu. Mungkin tinggal menunggu saat yang tepat. Jangan sia-siakan.

Suasana Pagi

Pagi. Hendak menjelang. Burung kecil mulai bersahutan. Beterbangan ke sana ke mari. Masih agak gelap, tapi perlahan mentari segera memberi cahayanya. Pikiran melayang. Mengingat setumpuk kegiatan hari ini. Semangat. Awali dengan bismillah dan segala yang baik. Semoga hari ini lebih baik dari kemarin, berkah, dan menyenangkan. Amin.

Ada

Pernah suatu kali dalam hidupku. Hadir orang-orang tersayang yang memberi kesan di hatiku. Mereka luar biasa. Mengindahkan segala yang indah. Sebuah kebersamaan yang melahirkan kebahagiaan.  Syukurku pada Tuhan atas segala yang Ia berikan.  Meski semua itu kini terkenang. Ya, hanya sebuah momen yang menjadi masa lalu. Ku rasa demikian awalnya. Nyatanya tidak sama sekali. Masa lalu tak kan berakhir tanpa makna. Selalu ada, menyertai langkahku di kemudian hari. Mereka selalu hidup dalam rangkaian hidupku.  Untuk kalian sahabat, ketika masa kecil, remaja, hingga dewasaku. Perbedaan bukanlah penghalang untuk tak bisa mencinta. Hanya sekadar berbagi pengalaman hidup. Keceriaan. Kesolidan meraih cita. Dalam hati kita masing-masing, jadikan segala yang pernah terlalui, sebuah kenangan yang tiada terlupa. Semoga Tuhan mempertemukan kita di surgaNya. Amin.